When Everything Were Sad Ending (Read or Not its up to u ^^ Notag Shortfic , 이윤대; 이선기; 이한을; 이-씨; 이-마; 윤유현; 유타; 슈주; & 박진재)

Opening sound as a feelings song : Lonely by 2NE1

 Namja gagah itu berjalan menyusuri SMAnya dengan santainya. Siapa yang akan menyangkan namja kelas 3 SMA setinggi 167cm ini baru berumur 13 tahun. Anak tampan yang terkenal sangat pintar ini benar-benar sangat dingin kepada teman lainnya. Dalam tanda lain dia hanya akan meng'akrabkan' diri dengan orang yang sudah akrab dengannya. Dikelilingi dengan keluarga sempurna, bergelimang harta, berkehidupan mewah, terlahir dengan pikiran yang cerdas, mempunyai iman dan pendirian teguh, mandiri dan berwajah tampan. Bayangkan siapa yang tidak menyempatkan walau sehenyak saja untuk menatap langkah panjang kakinya. Namun siapa yang akan mengetahui apa yang akan terjadi pada namja tersebut? Bahkan mungkin hanya Tuhanlah tempat dimana ia akan menceritakan seluruh keluh kesahnya.

 Di suatu hari dingin di bulan Desember. Saat itu salju pertama turun di negerinya. Betapa senangnya dia mengingat natal yang semakin dekat dan mendekatinya. Terpancar bayangan indah akan natal tahun ini. Bagaimana tidak? Natal tersebut adalah natal dimana ia untuk pertama kalinya akan memberitahukan perasaannya kepada seseorang yang untuknya perasaan suka disimpan selama 2 tahun lamanya. Terbayang sudah bagaimana akan ada senyuman-senyuman terngiang dibulan-bulan yang akan menemaninya berikutnya. Terbayar sudah dibenaknya, "Meski aku tidak mendapatkan celah di hatinya, setidaknya aku akan merasa lega jika dia mengerti akan apa yang aku pendamkan hanya untuknya". Pahit mungkin untuk anak berumur 13 tahun yang dipaksa untuk bersikap dewasa tanpa memikirkan cinta. Yang mengelilinginya hanyalah tumpukkan buku-buku usang dengan berbagai macam teoritis yang terungkapkan tertulis di dalam lembarannya. Tanpa mengerti mencintai seorang lawan jenisnya, tanpa mengetahui bagaimana rasanya bisa dicinta lawan jenisnya.

 Di minggu pertama di bulan yang sama,dia disibukkan dengan menyusun pohon-pohon natal di negaranya bersama kakak tercintanya. Namja yang berusia 4 tahun lebih tua itu tampak membantu dengan senyum yang mengembang. Dialah, kakaknya, yang menemaninya selama dia berada di negeri orang, yang merelakan memindahkan dan mengulangi studynya di negara di mana adiknya akan melanjutkan sekolah. dia yang mencari apartemen untuk mereka berdua tinggal, untuk mereka berdua hidup. Walau hanya sebuah apartemen yang ditinggali dua orang laki-laki yang 'dipaksa' dewasa, mereka tetaplah remaja. Terkadang, ah bukan terlalu sering mereka bertengkar, namun pertengkaran itulah yang membuat mereka semakin dekat dan dekat. Di tengah minggu kekasih dari kakak namja itu datang, tentu saja bersama teman-temannya, memberikan suasana yang hangat dimalam dingin di awal minggu bulan Desember. Membuat pesta kecil untuk mengantar kedua kakak-beradik itu kembali ke negara ibunya untuk merayakan natal bersama nenek dan keluarga besarnya. Sudah dapat di bayangkan kesenangan yang terobati setelah satu tahun terpisah di negeri orang tanpa hidup bersama dengan orangtua mereka yang sibuk mengais harta dan ilmu untuk anaknya.

 Tak terasa minggu kedua di bulan Desember akan habis, kakak sulung mereka, seorang gadis yang berumur sekitar 24 tahun saat itu datang menjemput mereka. Kini lengkaplah kakak beradik itu. Kakak sulungnya, bersama dengan suami dan anaknya yang belum genap satu tahun, menjemput mereka untuk pulang kembali ke kampung halaman. Namun, sang kakak laki-laki tak dapat ikut karena harus menyelesaikan beberapa tes dalam studynya. mereka memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu dan sang kakak laki-laki akan menyusul di awal minggu ketiga.

 Sesuai janji sang kakak kedua, dia berangkat tepat di awal minggu ketiga. Perjalanan jauh dari timur ke baratpun dia jalani. Sesampainya di tempat ibunya betapa senangnya dia, berkeliling dengan adiknya, mengelilingi kota mode yang terkenal. Sampai suatu hari, sang adik menagih janji untuk menonton suatu konser artis yang sedang naik daun kepada ayahnya. Sang ayah tidak mengijinkannya. Alasannya? Karena sang adik belumlah cukup umur untuk menonton sebuah konser tour show. Namja 13 tahun itupun termurung di dalam kamarnya. Bahkan dia pergi berlama-lama di luar rumah. Entah apa yang dipikirkannya, sang kakakpun tidak tau. Disuatu saat sang kakak sangat kebingungan mencarinya. Seperti orang gila! Ya itulah ucapan yang pantas disandarkan di pundak sang kakak laki-lakinya saat dia mencari adiknya. Di kelilinginya kota Mode itu sampai di ujung-ujung terkecilpun tak ia lewati. Namun tak ada kabarpun.

 Minggu keempat, natal hampir datang. Esok natal datang dan adiknya belum kembali ke rumah. Sang kakak mulai cemas, sampai di suatu senja sang adik datang menemui kakaknya, "seandainya aku tak bisa membuka (kado) nya maka bukakanlah untukku hyung. seandainya aku tak bisa mengatakan (cinta) nya katakanlah untukku hyung. jangan buat eommeonim dan abeonim menangis, kau adalah anak baik sekalipun di umurmu yang semakin tua kau tak pernah marah kepada mereka, kau tak pernah membuat mereka meneteskan (airmata) nya. maka jangan kau lakukan hanya karena aku hyung. hanya karena adikmu yang belum membuka benar setiap inch dari kelopak matanya untuk menatap kebenaran suatu realitas yang telah mereka (orang tua mereka) beritahukan. dan jangan hanya karena aku hyung, kau merubah dirimu. aku tahu dan memahaminya bahwa kita dekat, sungguh dekat, ketika badai datang di koreapun kita akan selalu dekat. kita saudara yang tak bisa terpisahkan, dan aku ingin kau melupakan apa yang mungkin akan benar-benar terjadi di natal tahun ini". Sang kakak hanya terdiam tidak terlalu mengerti maksud adiknya, namun ia berusaha menahan tiap tetes airmatanya untuk jatuh.

 Hari dimana natal telah terlewat, mereka berdua di kamarnya untuk sekedar menshare sesuatu dan lagi-lagi mengenai buku dan buku. Sampai sang kakak meninggalkan sang adik karena persediaan makanan dan minuman hampir habis. Ia pergi ke sebuah swalayan meninggalkan adiknya di rumah sendirian dalam keadaan yang tidak cukup bersih, ya karena mereka entah mengapa pada saat itu terlalu malas untuk membersihkannya. Saat itu benar-benar terasa panas sekali, tidak biasanya bersalju dan panas seperti ini "Mungkin karena pemanasan global yang akhir akhir ini gempar, nyamuk akan sangat banyak dan begitupula serangga yanglain, setidaknya pulang untuk membersihkan rumah dahulu" benaknya. Ia berlenggang santai menuju rumah mewahnya yang tidak jauh dari pusat kota. Namun sangat terkejutnya dia ketika melihat sang adik berpeluh. Badannya panas dingin dan demamnya pun sangat tinggi. Tanpa basa basi iapun memanggil ambulance dan membawa adik kesayangannya itu ke rumah sakit.

 Di akhir minggubulan Desember. Setelah beberapa hari di rawat adiknya pun membaik namun tak bertahan lama. Sang adik kesayangannya itu koma hampir 5 hari lamanya, sang kakak melihat adik kecilnya terbaring pucatdiantara selang-selang yang menemaninya. Tahun barupun di mulai namun tidak dengan keluarga itu, di awal tahun baru mereka harus melihat malaikat kecilnya tak bisa bernafas bebas, hingga malaikat itu sadar, "Hyung, apakah aku akan mati? Aku ingin melihat mereka bernyanyi setidaknya walau sekali, di atas panggung biru yang menyinarinya, bersama yang lain, tidak untuk di anak emaskan, apa aku bisa?" tanyanya pada sang kakak. Sang kakak hanya menatap nanar pada sang adik, sedangkan sang ayah di belakangnya menangis tersedu menyadari kesalahannya yang menuntut namun tak membebaskan anaknya, yang tak mengerti keinginan malaikat kecilnya, anak bungsunya. Sang kakak yang tidak tega melihatnya segera menghubungi temannya untuk membeli tiket yang notabene sudah sold out. Sahabatnya pun mendapatkan dua tiket untuknya. Tanpa basa basi keesokkannya setelah mengambil di bandara, ia datang bersama sahabatnya untuk memberitahukan tiket itu kepada adiknya. Namun terlambat... Tuhanpun berkehendak yang lain. Adiknya telah pergi, meninggalkannya jauh, jauh dan sangat jauh. Semua orang menangisi kepergiannya. Sang kakak tak bisa menerimanya hany berlutut, berlutut dan "aku mendapatkan tiket untuk kita berdua, bukankah hyungmu ini selalu menepati janjinya, bukankah hyungmu ini mengatakannya? kau bisa! kau bisa melihat mereka. Kau bisa berteriak bersama mereka! Kau bisa...kau bisa mengatakan apa yang ingin kau katakan. Tapi kenapa kau begitu tidak mengerti! Setidaknya berikan sedikit waktu, tak bisakah kau menunggu walau hanya sedetik untuk hyungmu? Apa kau tidak mengerti!! Kenapa kau diam saja!!!". Nanar, sang adik hanya bisa tersenyum dengan mata tertutup mengucapkan selamat tinggal untuk sang kakak yang berlutut pasrah akan semuany.

 Setelah pemakaman adiknya, sang kakakpun berubah drastis. Dia membentak ibunya, dia pergi dari orangtuanya. Tidak menghiraukan siapapun lagi. Mungkin yang ada di benaknya hanyalah janji yang tidak bisa ditepatinya kepada sang adik. Sampai ketika ia memutuskan kembali ke negeri ginseng. Dia mengatakan tentang semua keinginan adiknya. Dia menyatakan cinta adiknya kepada sang 'calon mantan' kekasih adiknya. Namun kesalah pahaman tak dapat dihindari. Sang kekasih cemburu, dan semuam semakin berantakan.Sampai ketika semua pihak menyadari tentang semua kesalahn masing-masing itu sudah terlambat! Sangat terlambat!. Jiwa seseorang yang tidak mengerti apa-apa menjadi tumbalnya, hanya untuk menjalankan apa yang mereka inginkan. Namun kini mungkin sang malaikat kecil telah tersenyum kembali menemukan sosok hyung tercintanya menjadi sosok pria yang mandiri dan bisa menahan emosi, dengan segala prestasinya dan keberaniannya, sang kakak memperlihatkan bagaimana sekarang dia benar-benar mengerti akan pesan yang diucapkan adiknya.


"seandainya aku tak bisa membuka (kado) nya maka bukakanlah untukku hyung. seandainya aku tak bisa mengatakan (cinta) nya katakanlah untukku hyung. jangan buat eommeonim dan abeonim menangis, kau adalah anak baik sekalipun di umurmu yang semakin tua kau tak pernah marah kepada mereka, kau tak pernah membuat mereka meneteskan (airmata) nya. maka jangan kau lakukan hanya karena aku hyung. hanya karena adikmu yang belum membuka benar setiap inch dari kelopak matanya untuk menatap kebenaran suatu realitas yang telah mereka (orang tua mereka) beritahukan. dan jangan hanya karena aku hyung, kau merubah dirimu. aku tahu dan memahaminya bahwa kita dekat, sungguh dekat, ketika badai datang di koreapun kita akan selalu dekat. kita saudara yang tak bisa terpisahkan, dan aku ingin kau melupakan apa yang mungkin akan benar-benar terjadi di natal tahun ini"

> Inspired from : Someone's tragedy
> Genred : G , Semi-Reality story
> Casts : LYD as 13 years old boy
LSK as 17 years old boy
LHN as 24 years old girl
LHN's husband
Mr. L
Mrs. L
LSK's Girlfriend
An booming artist
> With fictional changed based on true story semitorical fanfictional
> All casts belong to them, their God, and their family. This story belong to LSK's tragedy. The fictional  dramatical belong to mine.
> Thanks to : LSK's story told about remembering his brother passed away on 3rd of January 2011, LSK's Girlfriend's helped to made a dramatical settings, 2NE1's song (lonely); DBSK's songs (Picture of You, Stand by U); GNA's song (I'll be back off so u can live better); and Suju's song (Shining Star) for inspirited the writer to felt the feel.
> Credits : @hsy3026 안서윤의 팬핔 2011

well, pertama kali baca ini sih sumpah merinding, sedih, marah, campu baur. apalagi buat orang yg memang tahu tentang orang ini kamu pasti bakal ngrasain. gimana jadi dia. emm gak dibaca atau dibaca terserah anda sekalian haha ENJOY ^^

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

[CERPEN] Sahabat Selamanya


Dia berseorangan lagi hari ini. Seorang diri menikmati keindahan alam ciptaan tuhan ini. Bersendiri memikirkan haluan hidupnya selepas ini. Dia tahu, dia boleh survive. Sebab dia tahu Allah sentiasa bersama hambaNya yang memerlukan. Biarlah semua orang meninggalkan dia, semua orang tak nak kawan dengan dia. Tapi dia tahu, Allah selalu ada bersamanya.
“Dee!” sergah satu suara tiba-tiba bersama tepukan di bahunya.
Dhuha mengurut perlahan dadanya, cuba untuk mengurangkan rasa terkejut akibat sergahan itu. Cermin mata berbingkai tebal yang hampir terlurut jatuh dari hidung dibetulkan dengan tangan kanan. Tangan kiri memegang buku tebal yang baru dipinjam daripada perpustakaan sebentar tadi. Setelah itu dia berpaling, ingin melihat siapa yang suka nak bagi dia mati cepat ni.
“Be…” Dhuha mati kata-kata. ‘ngong..’ dia menyambung ayatnya yang tergantung itu di dalam hati. Eh? Siapa ni? Aku ingat Aliff tadi. Suara lebih kurang je dengan suara Akid. Nasib baik aku tak sembur terus tadi. Dah la seminggu cuti pertengahan semester baru ni si Aliff tu hilang tak inform pergi mana, tiba-tiba muncul nak main sergah-sergah. Thank God aku tak sembur, kalau tak, malu muka tak tau nak sorok kat mana.
“Ermm.. kau ni siapa?” Dhuha bertanya dengan nada tanpa perasaan pada hamba Allah yang masih tersengih menayang gigi di hadapannya. Tetapi dia perasan perubahan riak muka lelaki tersebut setelah mendengar soalannya itu. Lelaki itu memandangnya pelik.
“hoi!! tak kenal aku ke?” tanya lelaki itu.
“errmmm.. tak kut..” Dhuha berkata ragu-ragu. Aku amnesia ke ni? Gaya mamat ni macam dah kenal aku lama je.
“Hampeh punya kawan. Bestfriend sendiri pun tak kenal. Aku tahu la aku dah handsome.” Lelaki itu bersuara riak. Senyum yang hilang sekejap tadi muncul semula.
Senyum tu.. macam kenal. Baru perasan senyum mamat ni macam familiar. Jangan cakap..”Akid??” mulutnya tanpa sempat ditahan menuturkan soalan itu.
“Hah.. kenal pun. Kau ni teruk la. Baru seminggu tak jumpa dah lupa kawan.” Akid bersuara gembira. ‘haha.. mesti Dee tak sangka aku dah jadi jejaka kacak’ hatinya berkata riang.
“Huh?? Sejak bila pula kau transform jadi landak ni?” Dhuha bertanya selamba. Pelik sebab Akid si nerdy dah berubah jadi.. jadi.. landak??
Akid tersenyum comel.
” Mana ada jadi landak. Ni namanya style la kawan. Jom, gi makan. Lapar la. Nanti kat kafe kita story-story.” Akid menjawab tenang soalan Dhuha yang dirasakannya agak pedas. Landak dikatanya aku ni? Memang tak patut.
” Boleh jugak tu. Aku pun lapar. Kau belanja, ok? Sebagai denda sebab cuti baru ni kau missing in action tak bagi tahu aku.” Dhuha masih dengan riak selamba walau dalam hatinya berasa tidak senang dengan penampilan baru Akid itu. Lepas ni aku dah takde geng la nak jadi nerdy, nak jadi halimunan di mata orang lain. Mamat ni dah jadi jejaka kacak, ramai la yang akan usha dia nanti.
“Boleh..boleh.. untuk kau boleh je, no problem at all.” Akid menjawab pantas sambil terus menyambung langkah kaki yang terhenti diikuti oleh Dhuha.
Dhuha hanya mendiamkan diri sepanjang perjalanan ke kafe. Leka memikirkan nasibnya lepas ni. Sebab selama ni, bila ada yang mengejeknya, dia masih ada back-up yang akan membantu menghadapi segala ejekan itu. Seseorang yang juga seperti dirinya, tak kisah akan gaya, suka menjadi diri sendiri tanpa peduli apa yang dikatakan oleh orang di sekeliling mereka. Tapi sekarang…??
Tiba di kafe, Akid mengarahkan Dhuha mencari tempat duduk sementara dia membelikan makanan untuk mereka berdua. Dhuha hanya menurut. Sepanjang lelaki itu membeli makanan di gerai yang berhampiran, dia hanya memerhatikan langkah lelaki itu sahaja. Dhuha perasan, ada mata-mata yang melirik ke arah Akid apabila dia berjalan berhampiran tempat duduk mereka.
Dan dia harus akui, Akid memang mampu mencairkan hati gadis-gadis yang memandang dengan penampilan barunya itu. Tapi yang menjadi persoalan, mengapa lelaki itu tiba-tiba berubah? Sebelum ni tak pernah ada tanda-tanda pun mamat ni nak berubah kepada gaya macam tu. Gaya yang kononnya mengikut trend terkini.
“Haaaa…!! termenung apa tu?” Akid menyergah gadis yang sedang leka melayan perasaan itu. Dhuha tersentak. Hampir sahaja dia tercium meja apabila tangan yang menongkat dagunya ditolak oleh Akid tadi.
“Kau ni! Aku baling gak kerusi ni kang, baru kau tau.” Dhuha menuturkan kata-kata sambil tangannya memegang kerusi kosong di sebelahnya. Mahu tak geram? Kang tak memasal je meja ni jadi aku punye first kiss.
Akid mengangkat kedua belah tangan dan dirapatkan, tanda memohon maaf. Pinggan Dhuha dihulur kepada gadis itu. Dhuha tersenyum lebar melihat lauk-pauk yang berada di dalam pinggan itu. Geram yang bertandang tadi terus hilang dan diganti dengan senyuman lebar apabila segala yang dibeli oleh lelaki itu adalah tepat mengenai cita rasanya.
“Cukup-cukup la senyum tu. Lambat pulak nak tunggu kau habis makan kalau senyum tak henti-henti.” Suara Akid yang tiba-tiba itu mematikan senyuman Dhuha. Terus nasi disuap ke mulut setelah membaca doa. Masing-masing tenang mengisi perut yang kelaparan.
“Dee.. Ok tak style baru aku ni?” Akid bertanya setelah selesai mereka menjamu selera. Mood Dhuha ni pun nampak macam dah ok sikit lepas makan ni. Betul la macam kata pepatah tu, kenyang perut senang hati.
“Hmm.. Ok je.. Tapi kenapa tiba-tiba?” Dhuha menyuarakan kemusykilannya.
“Ni bukan tiba-tiba, Dee. Aku memang dah plan few weeks before semester break lagi. The truth is.. I’m falling in love with someone la, Dee. Aku confessed kat that girl sebelum kita cuti. Tapi dia reject aku. Dia cakap aku bukan taste dia sebab aku nerdy, tak macho. Rambut skema, pakai spec besar macam orang zaman dulu. Dia sound aku depan orang ramai. Aku malu la, Dee. So, aku berubah sebab aku nak tunjuk kat dia yang aku pun boleh jadi macam apa yang dia nak.” Akid menyatakan kebenaran.
Dhuha diam. Mindanya mengeluarkan pelbagai soalan, tapi tak tahu mana yang nak ditanya dulu. Akid gelisah di tempat duduknya melihat kebisuan Dhuha.
“Kalau dia terima kau sebab rupa kau, kan tak ikhlas namanya tu?” soalan pertama tyang keluar daripada Dhuha setelah beberapa minit mereka membisu.
“Aku tak kisah. Aku nak balas dendam kat dia sebab dah malukan aku depan orang ramai. Tercalar ego aku bila dia malukan aku hari tu.” Akid menyatakan tujuan sebenar perubahannya. Di matanya jelas api dendam yang membara.
Dhuha memikirkan ayat yang sesuai untuk dikatakan kepada Akid.
“Tapi Kido.. That’s really not you. Kau jadi hipokrit semata-mata sebab kau berdendam dengan budak tu? Kita kan dah janji dulu tak nak jadi hipokrit. Siapa nama budak yang malukan kau tu?” Dhuha berasa tidak senang hati dengan apa yang didengarnya tadi. Kido merupakan panggilan khas yang digunakan oleh Dhuha untuk memanggil Akid dalam perbualan mereka.
“Hurmmm.. Tina.” Akid menjawab perlahan.
“Tina???” dahi Dhuha jelas berkerut menunjukkan dia sedang cuba mengingat jika dia ada ingat sesiapa dengan nama itu.
“Tina la.. Budak tourism tu.” Akid cuba membantu Dhuha untuk mengingati sepotong nama itu.
“Aku tak kenal la. Aku bukan amik tahu hal orang sangat. Aku kisah semua yang berkaitan dengan study dan diri aku sendiri je. Kalau tak berkaitan dengan aku, aku malas nak amik kisah. Kau macam tak kenal aku je. Tapi Kido.. nanti lepas ni kau mesti tinggalkan aku sorang-sorang kan bila dah dapat Tina? Dia orang yang lain pun mesti lepas ni nak jadi kawan kau.” Dhuha dah malas nak fikir siapa gerangan manusia bernama Tina tu. Bagi dia, berubah untuk kepuasan orang lain sungguh la buang masa dan tak ada gunanya. Dan yang paling dia risau, apa akan jadi pada dia lepas ni?
“Naaaa… tu kau jangan risau. Aku janji aku akan sentiasa jadi bestfriend kau. No matter what, kau tetap bestfriend aku dunia akhirat.” Akid berkata yakin. Dhuha hanya mengangguk dengan kata-kata Akid itu.
Dhuha mengambil tempat duduk yang kosong di sebalik tiang kafe sambil meletakkan hidangan tengah harinya ke atas meja. Hari ni dia sorang-sorang lagi. Akid sekarang makin susah nak di ajak makan atau lepak bersama. Walaupun mereka satu kelas, tapi Dhuha tetap rasa mereka semakin jauh kerana Akid sekarang dah berubah tempat duduk. Kalau dulu duduk sebelah Dhuha, sekarang Akid hanya duduk dengan pelajar lelaki lain dalam kelas mereka.
Dhuha teringat kejadian lalu, ketika hari pertama menghadiri kelas di kolej ini. Mereka merupakan pelajar jurusan seni bina di kolej tersebut. Ketika itu, Akid melangkah masuk dengan kaca mata besarnya, itu. Kemeja kotak-kotak, style rambut yang memang tidak mengikut gaya masa terkini. Memang skema. Rambut Akid gaya budak tadika, sikat belah tengah.
Dan masa tu, bila Akid nak duduk di kalangan pelajar lelaki lain, semua buat muka tak rela. Dan dia masih ingat lagi ayat Zack masa tu..
“Kau jangan nak duduk sini! Buat jatuh martabat kita orang je. Kita orang ni jejaka idaman ramai kat kolej ni. Kau duduk tu kat belakang dengan kawan kau.” Kata Zack sambil jari telunjuknya di tuding ke arah Dhuha. Dhuha yang melihat kejadian itu terkejut apabila Akid dikatakan sebagai kawan dia. Bila masa aku kenal budak ni? Nama dia apa pun aku tak tahu. First time kut jumpa ni. Zack ni memang mulut jahat, mulut bau longkang.
Akid pula hanya mengikut seperti apa yang diarahkan oleh Zack. Dia menghampiri Dhuha dan duduk di kerusi sebelah Dhuha yang memang pada ketika itu tak ada orang pun nak duduk. Sebab pelajar lain dalam kelas mereka semua sudah duduk dengan kalangan mereka sendiri. Hakikatnya, Dhuha pun kena macam apa yang Akid kena masa dia cari tempat duduk tadi. Dhuha hanya membiarkan Akid duduk di sebelahnya sebab dia faham perasaan Akid.
“Nama siapa?” Dhuha memulakan perbualan. Tak kisah la budak-budak lain nak kata dia ni apa pun, yang penting dia orang tak kacau hidup aku. Kalau masuk geng dia orang tu, semua nak kena lawa, nak kena handsome. Lawa dan handsome tapi kalau adab tak ada pun tak guna jugak.
“Akid.” Jawab lelaki itu sepatah.
“ohh.. aku Dhuha.” Dhuha menjawab. “Panggil aku Dee je.” Dhuha menyambung.
“Hai, Dee. Kau tak kisah ke aku duduk kat sini?” Akid bertanya pada Dhuha.
“Tak kisah. At least aku ada jugak kawan dalam kelas ni. Aku pun macam kau jugak, dipinggirkan sebab tak menepati syarat-syarat untuk jadi kawan dia orang.”
“Syarat?” Akid bertanya pelik.
“Ye la. Kau tengok dia orang tu semua. Geng dia orang semua hot stuff. Aku mana layak nak join dia orang. Dengan spec tebal ni. Baju pun tak mengikut peredaran zaman. Dia orang tu semua orang kaya, tapi macam tak cukup duit nak beli kain buat baju.” Dhuha berkata selamba.
Akid ketawa kecil. Betul jugak apa yang Dhuha ni cakap. Mereka belajar di kolej swasta, majority memang anak orang berada. Pakai barang semua branded. Dia ada kat sini pun sebab dapat tajaan dari FELDA untuk anak peneroka sepertinya.
“Kau tak kaya ke?” Akid bertanya kepada Dhuha. Sebab tengok pada gaya Dhuha, macam anak orang berada jugak.
“Tak la. Aku mana kaya. Aku pun sama macam kau la jugak. Ada orang taja.” Dhuha berkata tanpa perasaan. Malas dia nak explain panjang-panjang.
“Ohh..” hanya itu yang keluar dari mulut Akid.
And the rest is history. Mereka berkawan tanpa syarat sehinggalah sekarang. Tapi apabila Akid tiba-tiba berubah menjadi seperti majority yang belajar di sini, dia tinggal sendirian. Memang dia sangat terasa kehilangan Akid. Sebab selama ni mereka ke mana pun berdua, tak ada orang nak kisah. Tapi sekarang, Akid sendiri pun macam menjauhkan diri daripadanya.
Dan Akid pun nampaknya bahagia dengan Tina. Beberapa minggu lepas Akid transform, terus Tina setuju jadi girlfriend dia. Dhuha pun tak tahu Akid masih ingat sebab apa dia berubah atau pun tidak. Katanya nak balas dendam, tapi kalau tengok Akid sekarang, dia macam dah tak ingat tujuan asal dia berubah tu.
“No matter what tetap jadi bestfriend aku dunia akhirat, huh??” memang hanya janji tinggal janji. Dhuha terus makan tanpa mempedulikan persekitarannya lagi. Lantak la apa nak jadi, dia malas nak fikir.
“Woi!! Jalan tu mata letak mana??!!” suara itu kedengaran seiring dengan buku bertaburan ke lantai. Dhuha cuba mengumpul kesabaran apabila dia ditengking di tengah khalayak ramai. Siapa yang langgar siapa sekarang ni??
Dhuha mengangkat muka untuk melihat gerangan manusia yang telah melanggarnya sebentar tadi. Huh?? Wajah tegang Tina menyapa matanya. Dan di sisi gadis itu, Akid hanya melihat tanpa sedikit pun menghulurkan bantuan kepada Dhuha.
“Sorry.” Dhuha malas mahu memanjangkan cerita. Dia terus berjalan meninggalkan pasangan tersebut. Hatinya sakit, tapi dia tak mampu untuk berbuat apa-apa. Dia sedar siapa dirinya. Seorang gadis hodoh yang tak sepatutnya berada di tengah-tengah mereka yang cantik bergaya di kolej ini.
“Sorry.. Sorry.. Harap spec je besar gedabak, tapi mata entah taruk mana. Auchh.. sakit kaki I kena hempap dengan buku tebal tu lah. You.. kenapa you diam je ni? Dia dah langgar I tahu tak? Sakit kaki I ni kena buku dia yang tebal-tebal tu. You marah dia sikit.” Tina bersuara manja sambil tangannya berpaut pada lengan Akid.
“Dhuha! Meh sini kejap..” Akid bersuara tenang. Tiada tanda lelaki itu akan memarahi Dhuha. Dhuha yang baru melangkah beberapa tapak berpaling semula apabila mendengar lelaki itu memanggilnya.
“Kau mintak maaf dekat awek aku ni cepat. Dah langgar orang boleh buat tak tahu pulak. Takde adab betul.” Akid bersuara kasar. Dhuha tersentak. Sungguh dia tak sangka Akid akan bersuara sekasar ini dengan dia.
‘It has been such a long time since the last time we talked to each other, Kido. Aku lagi rela tak bercakap dengan kau daripada dengar kau cakap kasar dengan aku macam ni.’ Hati Dhuha merintih sayu.
“Kan aku dah cakap sorry tadi. Harap muka je lawa, telinga pekak.” Dhuha membalas dengan geram. Tangannya digenggam kuat. Ada yang lunch makan penampar hari ni kang.
Akid dan Tina yang mendengar jawapan tersebut terus berubah riak wajah mereka. Kulit yang putih menjadi kemerahan kerana menahan marah dicampur dengan cuaca panas terik di kawasan meletak kereta ini.
“Kau ingat dengan sorry kau tu boleh baikkan kaki dia ke??” Akid masih dengan nada yang sama.
Dhuha merapati pasangan tersebut.
“Mana kaki kau? Meh aku nak tengok. Aku ni reti mengurut. Meh sini aku tengok kut-kut ada salah urat ke apa-apa. Macam dah nak biru je tu.” Dhuha bersuara prihatin. Tangannya mula membelek kaki Tina.
“Duduk kat dalam kereta la. Tak kan aku nak urut kaki dia kat tengah parking ni kut?” Dhuha masih bersuara tenang.
Akid dan Tina hanya menurut. Tina duduk di kerusi sebelah pemandu manakala Dhuha hanya berlutut di atas simen. Tangannya ligat mengurut kaki Tina. Sepanjang sesi mengurut itu, Tina tak henti-henti menggedik dengan Akid.
‘Gedik betul minah ni. Sakit mata aku duk tengok tangan dia yang sibuk pegang tangan si Akid. Dalam sakit-sakit kaki pun sempat lagi nak menggatal.’ Kata-kata itu hanya diluahkan di dalam hati.
Seperti yang telah dirancang, Dhuha memicit kuat kaki Tina dengan sengaja. Terus gadis itu menjerit kesakitan. Akid di sebelah Tina terkejut. Dengan muka bengis, dia menghampiri Dhuha yang hanya melihat Tina dengan muka tanpa perasaannya.
“Kau memang sengaja kan??!” Akid bersuara lantang.
“A ah, memang pun. Kenapa? Kau nak buat apa?” Dhuha bagaikan sengaja menyiram minyak ke dalam api.
“Perempuan tak guna! Kau memang nak kena kan?!” tangan Akid hampir sahaja mengenai pipi Dhuha, tetapi Dhuha pantas menepis tangan sasa itu. Mujur sahaja Dhuha pernah belajar seni mempertahankan diri pada masa dahulu.
“Akid!! Kau ni kenapa? Tak kan sebab perempuan ni kau nak marah-marah aku? Sebab dia kau nak pukul aku?? Mana janji kau yang kata akan terus jadi bestfriend aku tu??!” Dhuha tak mampu menahan sabar lagi.
“Ahhh!! Persetankan semua janji-janji tu. Siapa nak jadi kawan kau? Sedar la diri kau tu sikit. Kau tu tak setaraf dengan kita orang la. Dengan cermin mata besar kau tu, rambut gaya macam ugly betty tu. Kau ingat kau layak ke jadi kawan aku??” Akid semakin kasar.
Dhuha terdiam terus. Tina di sisi Akid tersengih suka melihat pergaduhan dua sahabat itu.
“Fine!! Kalau tu yang kau nak. Lepas ni kita bukan kawan lagi. Semoga bahagia dengan hidup kau tu.” Dhuha turut membalas kasar. Hatinya hancur apabila mendengar kata-kata Akid sebentar tadi. Tanpa membuang masa, dia terus berlari meninggalkan Akid dan Tina.
Tina tersenyum puas, manakala Akid bagaikan baru tersedar dengan apa yang telah diperkatakannya tadi. Dia hanya diam, tak tahu apa yang perlu dilakukan. Apabila Tina memanggilnya dan mengajak dia meninggalkan tempat letak kereta itu, dia hanya menurut sahaja. Otaknya ligat memikirkan apa yang telah dia lakukan tadi. Damn!! What have I done?? I’m sorry, Dee.
Dhuha berlari tanpa henti. Tiba di tepi tasik yang terdapat di kolej mereka, dia menghentikan langkah dan duduk di bawah sebatang pokok besar yang terdapat di situ.
“Sampai hati kau, Akid!!” mulutnya menggumam mengulangi ayat yang sama. Tanpa dapat ditahan, butiran jernih mengalir di pipinya yang bersih itu.
Akid memandang tempat duduk kosong di sebelahnya. Tempat yang sudah hampir setahun sepi tak bertuan. Dan dia lah penyebab kepada kekosongan itu. Akid kini sudah kembali menjadi Akid yang lama. Akid si halimunan, Akid si nerdy. Beberapa minggu selepas kejadian dia memarahi Dhuha, dia memutuskan hubungannya dengan Tina. Dia baru tersedar akan tujuan sebenar dia mengubah penampilannya dulu.
Disebabkan penampilan baru itu, dia telah menyakiti hati sahabat baiknya. Bukan setakat menyakiti, mungkin hati itu telah hancur berkecai dikerjakannya. Baru dia terasa sudah lama dia tidak meluangkan masa bersama Dhuha. Tapi apabila kesedaran itu tiba, dia sudah terlambat. Pada keesokan hari selepas kejadian dia memarahi Dhuha, gadis itu sudah tidak menghadirkan diri ke kelas lagi.
Melalui pensyarah mereka baru dia tahu, Dhuha sudah berpindah ke luar negara, mengikut keluarganya. Dhuha juga melanjutkan pelajaran di luar negara saja. Dan baru lah dia tahu, rupanya Dhuha bukanlah anak peneroka seperti yang diberitahu kepadanya dulu. Dhuha rupanya anak kepada salah seorang usahawan berjaya di negara ini. Sekarang ni, siapa yang tak layak berkawan dengan siapa, huh??
Akid berjalan seorang diri. Kepalanya masih memikirkan Dhuha. Bagaimana untuk dia mencari Dhuha? Setelah Dhuha pergi, baru dia sedar, dia tidak pernah tahu di mana rumah Dhuha. Jadi bagaimana dia mahu mencari gadis itu? Apabila ditanya kepada pensyarahnya mengenai alamat atau nombor telefon Dhuha di luar negara, pensyarahnya hanya memberikan jawapan yang mengecewakan.
Sudah hampir 3 tahun Akid cuba untuk menjejaki Dhuha. Namun, Dhuha langsung tidak meninggalkan sebarang klu untuk menjejakinya. Dhuha bagaikan menjadi halimunan.
I’m about to lose my mind
You’ve been gone for so long
I’m running out of time
I need a doctor
Call me a doctor
I need a doctor, doctor
To bring me back to life
Lagu I Need a Doctor nyanyian Dr.Dre bersama Eminem dan Skylar Grey berkumandang di telinga melalui mp3. ‘Dhuha.. I need you.. I need my doctor and you are my doctor.’ Hatinya berdetik
Ponnn!!! Ponnn!!! Bunyi hon kedengaran kuat dari arah kanannya.
Akid automatik berpaling ke kanan. Sebuah kereta meluncur laju ke arahnya. Dia tergamam. Kakinya terasa melekat di jalan raya itu. Dia kaku. Mindanya tidak mampu berfikir pada ketika ini. Hampir sahaja dirinya dilanggar kereta, tubuhnya terasa melayang dan jatuh ke tepi jalan.
Akid mengucap panjang. Jantungnya berdegup lebih pantas daripada biasa.
“Kau gila ke?? Dah nak mati sangat??” sergah satu suara.
Akid tersentak. Suara itu… Akid pantas membuka matanya yang terpejam untuk melihat siapakah empunya suara itu tadi.
“Dee….” Hanya itu yang mampu disebutnya.
“Huh??” gadis yang sibuk mengibas seluar bagi membuang pasir yang melekat di seluarnya berpaling. Jelas riak pada wajah gadis itu berubah.
“Dhuha.. kau Dhuha kan??” Akid bertanya penuh semangat. Gadis itu masih kaku.
“A.. errr.. a.. Akid??” gadis itu tergagap-gagap.
“Dhuha!! Dhuha Izyani!! It’s really you!!” Akid excited tak terkawal. Setelah sekian lama, akhirnya dia jumpa juga sahabatnya ini. Tangannya automatik menarik tangan Dhuha ke kedai makan yang berhampiran. Memang tadi dia dalam perjalanan untuk makan tengahari pun. Memang rezeki dia hari ni kerana terserempak dengan Dhuha walaupun nyawanya hampir sahaja melayang sebentar tadi.
“Dhuha, aku betul-betul mintak maaf dengan apa yang aku dah buat kat kau dulu. Aku khilaf. Aku terlalu taksub dengan popularity masa kat kolej dulu sampai aku tak sedar, aku dah mungkiri janji aku pada kau.” Akid terus berkata setelah mereka duduk di sudut kedai makan yang sedikit jauh dari pelanggan lain. Dhuha hanya diam.
“Dhuha.. please.. say something. Tell me that you forgive me.” Akid berkata sejurus selepas pelayan mengambil pesanan makanan mereka. Makanan pun dipesan oleh Akid untuk mereka berdua. Sedangkan Dhuha masih kaku. Dia benar-benar tak sangka lelaki yang diselamatkannya ini ialah Akid.
Bila mengingati kejadian yang berlaku beberapa tahun lepas itu, memang dia rasa sedih. Memang dia berjauh hati. Tapi dalam masa yang sama, hatinya merindui Akid. Sepanjang melanjutkan pelajaran di luar negara, dia tak pernah berjaya untuk melupakan lelaki itu.
Dan harus dia akui, lelaki itu merupakan sahabat terbaik yang pernah dia ada. Walaupun pada waktu itu ramai yang mengatakan lelaki itu macam-macam, tapi Akid tetap sahabat paling istimewa untuk Dhuha. Kerana mereka bersahabat tanpa syarat dan mereka menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri masing-masing dengan hati yang terbuka.
“Aku dah maafkan kau.” Akhirnya Dhuha bersuara juga setelah penat Akid berceloteh.
Akid yang sedang membebel entah apa terhenti kata-katanya.
“Come again?” Akid bertanya.
“Aku dah maafkan kau lama dah la, Kido.” Dhuha berkata bersama senyuman lebar terukir di bibirnya.
“Alhamdulillah.. Aku dah lama cari kau. Aku memang rasa bersalah sangat dengan apa yang dah berlaku. Aku cari kau dah lama Dhuha.. Sampai hati kau tinggalkan aku tanpa jejak.” Akid berkata sayu.
“Bukan kau ke yang cakap dah tak nak jadi kawan aku?” Dhuha mengingatkan Akid.
“Ok, fine. My bad. Memang salah aku. Tapi percayalah. Kau tetap sahabat aku selamanya. Dunia akhirat. No matter what.” Akid berkata sambil menikmati makanan yang telah dihantar oleh pelayan restoran itu sebentar tadi.
Dhuha hanya mengangguk dan tersenyum sambil membawa makanan ke mulut.
‘Sahabat selamanya. I’m glad to hear that, Kido..’ hatinya berkata sendiri.

Credit: http://www.penulisan2u.my/2011/07/cerpen-sahabat-selamanya/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

5 Kategori Teman

Ternyata teman itu ada bermacam jenisnya. Semua tergantung dari bagaimana hubungan kita dengan mereka. Nah, setidaknya ada 5 kategori teman yang kita miliki, nih.

Kenalan:  Saking hobinya gaul sana-sini, kita jadi punya banyak kenalan. Hehehe…Yup, tipe ini merupakan tingkatan paling dasar dalam berteman. Biasanya, jumlahnya cukup banyak dan berasal dari berbagai kalangan. Meskipun nggak kenal dekat dan jarang bertemu, jangan berlaku seenaknya dengan mereka. Bersikap sombong atau malah sok akrab, itu sama nggak oke-nya. Dari kenalan, wawasan dan pengetahuan jadi makin luas.

Frienemy: “Temenan sih, tapi agak-agak gitu, deh.” Komentar seperti ini nggak jarang kita dengar. Meskipun berteman, tapi ada yang mengganjal antara kita dan sobat. Jeleknya adalah suka saling ngomongin di belakang, atau malah jadi backstabber. Makanya, pertemanan seperti ini mesti dihindari!

Teman main: Mereka kawan yang asyik untuk diajak seru-seruan. Tapi, selain bercanda atau jalan bareng, kita belum terlalu dekat dengan mereka. Makanya, kalau lagi sedih atau galau, kita nggak bisa curhat sama mereka. 

Sobat: Kita cukup dekat dengan mereka, karena sering menghabiskan waktu bareng. Dari mulai menjalankan hobi, bergaul sampai curhat-curhatan. Bisa dikatakan, kita dan sobat juga sudah mengenal satu dengan lainnya. Saat kita susah, mereka pun ada untuk kita.

BFF: They are the “VIPs” in our life. Sahabat dekat ini adalah orang yang sangat penting dalam hidup kita. Biasanya, jumlahnya hanya 1-2 dan mendapatkannya nggak mudah. Salah satu syarat untuk menjadi BFF adalah jika pertemanannya sudah lama, minimal sekitar 3 tahunan. Selain sangat dekat dan saling berbagi rahasia, dengan BFF kita juga merasa sangat nyaman menjadi diri sendiri. Tisam – Foto: Dok. Femina Group

Credit  http://www.gadis.co.id/gaul/cinta.melulu/5.kategori.teman/001/005/280

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ARTI ' PERSAHABATAN '

Apa itu persahabatan ? "persahabatan adalah..."

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tapi itulah yang membuat persahabatan kita
punya nilai yang indah.

Persahabatan sering menghadapi beberapa cobaan, tapi

persahabatan sejati harus bisa mengatasi cobaan itu bahkan
mengalahkannya gan.

Persahabatan itu butuh proses yang panjang seperti besi menajamkan besi,

begitu pula sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan

untuk menghindari perselisihan, justru karena kepeduliannya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,

tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha

pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru seorang sahabat berinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduan adalah menjadi bagian dari kehidupan persahabat,

karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.

Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun

ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.


Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :

1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.
Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

perlu direnungkan , mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri
“Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita".
Ya begitulah sahabat, suka duka dalam mengarungi kehidupan persahabatan..Jagalah sahabat – sahabatmu dikala engkau masih bersamanya.. :)

credit: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3251900

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cerpen Pendek Tentang Sahabat

Mimpi Buruk Akhir dari Persahabatan Ku
oleh: Khy Rollink

Cerita Pendek tentang PersahabatanMemiliki sahabat memang indah apalagi sahabat yang care and well come dengan kita serasa dunia ini tiada akhirnya. Begitulah yang aku rasakan semasa SMP aku dan dia dulu. Kemana-mana kita selalu bersama dapat dikatakan "nggak ada lo gak rame", bercanda gurau, dan merasakan sedih bersama. Moment itu semakin menguatkan kita sampai kelas 3.

Tapi tidak tau kenapa aku dan dia mulai menjauh, dia mulai memandang aku dengan materi. Dan mulailah dia menghinaku. Begitu perih beban yang ku rasakan, terngiang di benakku "inikah artinya sahabat yang kita bina selama 9 tahun?" dia menganggap aku sampah yang tidak layak pakai. Sejak itulah aku mulai belajar membencinya, mulai tumbuh benih kebencian terhadapnya. Aku tau aku tak sekaya dia, tapi tolong jangan memandang aku dengan sebelah mata! Detik-detik perpisahan kelas 3 kami rasakan. Ah, perasaan ku biasa saja, justu aku senang sekali. Puji syukur aku kepada Allah.

Tapi, what?? Akhirnya aku mimpi buruk lagi, aku satu sekolah lagi sama dia! Betapa jengkelnya hati ini melihat wajahnya seakan timbul rasa benciku. Ya sudahlah, jalani aja. Toh, aku dan dia berbeda kelas. Sudah hampir satu semester aku dan dia dipersatukan dalam satu sekolah yang sama, kami bagaikan orang asing. Ketika bertatapanpun tidak tersenyum, ketika ketemu tidak saling bersapaan justru malah menghindar. Terlebih sakit sekali hatiku ini saat aku hendak menyebrang ke sekolah tiba-tiba dia lewat dihadapanku dengan mionya. Jangankan untuk menegur, membalikkan arah mukanya pun tidak.

Oh Tuhan!!! Sungguh aku tidak sanggup! Tiada berbuah manis akhir persahabatan kami ini. Apa salah aku? Salahkah aku menjauhinya saat dia menghinaku? Ya Allah, berikanlah kami titik terangnya ya Allah. Berikanlah kami petunjukMu yang bisa membuat kami mengintrospeksi diri. Jika Engkau berkehendak satukan kami kembali ya Allah walaupun tidak sedekat dulu. Kabulkanlah ya Allah.

Amien ya Robbil'alamin :)

Credit: http://www.studentmagz.com/2011/04/cerita-pendek-tentang-persahabatan.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips mencegah dan mengobati mata minus

Tips mencegah dan mengobati mata minus

Untuk mencegah nambah minus :
1. Kurangi membaca buku yang ukuran tulisannya kurang dari 13. Misalnya buku novel.

2. Kurangi membaca di kamar yang agak gelap alias remang-remang. Juga kurangi kebiasaan begadang. Dengan begitu matamu akan baik-baik saja.

3. Jangan terlalu sering meng-akomodasikan mata. Nanti cepat capek dan minusnya bakal bertambah lagi.

4. Makan makanan yang mengandung vitamin A, seperti wortel, mangga, apel, dll. Kalau suka dibikin jus saja. Minumlah setiap hari. Nanti khasiatnya akan terasa.

5. Kalau main komputer, jarak pandang minimal 60 cm. Lalu kalau nonton TV jarak pandang minimal 2 m. Kalau baca buku dengan jarak pandang minimal 30 cm, tetapi alangkah baiknya kalau membaca dengan jarak 40 cm. Tetapi kalau melakukan semua kegiatan diatas, waktunya dibatasi. Serta kalau yang komputer, mendingan layarnya dipasang anti-radiasi.

6. Kalau mata capek, lihatlah pemandangan dalam jarak jauh tanpa mengakomodasikan mata. Nanti capeknya akan berkurang. Nah ini yang takhayul : kalau mata capek, lihatlah benda yang berwarna hijau, nanti capeknya bakalan hilang. (mau percaya atau tidak silakan).

7. Jangan terlalu sering menggosok-gosokkan mata. Itu hanya menambah mata capek.

8. Bila melakukan kegiatan yang tidak memerlukan fungsi mata dengan keseluruhan, lepas saja kaca mata Anda (kalau memakainya).

9. Bila menggunakan kacamata, pilih yang gagangnya dan lensanya ringan. Supaya mata tidak cepat lelah.

Untuk menghilangkan minus:
1. Yang paling aman ya hanya operasi mata ke dokter yang ahli. Tetapi minta persetujuan dulu dengan orang tua.
2. Yang tidak aman ya menggunakan laser. Tetapi ada yang bilang kalau penyembuhan mata minus dengan laser hanya diperbolehkan bagi yang umurnya sudah lebih dari 17 tahun. Kalau yang dibawahnya, akan ada resiko buta.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Cara Menjadi Teman yg Baik


Kita sebagai makhluk sosial, ga bisa dipungkiri kalo kita semua suka berteman, mencari teman baru, ngobrol & kumpul – kumpul bersama the best friends kita. hal tersebut memang sangat menyenangkan. Tapi ada beberapa orang ygtidak bisa menjadi teman yg baik, karena hal tersebut akhirnya dia dijauhi bahkan dikucilkan oleh teman – temannya.
Memang sangat tidak sangat tidak menyenangkan rasanya, gara – gara tidak mengetahui bagaimana cara berteman yang baik, akhirnya kita dijauhi dengan teman – teman kita. Kebetulan saya mempunyai beberapa Tips Cara Menjadi Teman yg Baik. mudah – mudahan tips ini dapat memberikan inspirasi bagi pemabaca sekalian.
-          Berusaha untuk Loyal dan setia kawan.
Kita sebagai teman harus Loyal & setia kawan, saat senang & susah ditanggung bersama, bisa menghargai teman, jangan hanya mementingkan diri sendiri, mau menang sendiri, dan jangan mau enaknya sendiri.

-          Bisa menghargai perbedaan, pendapat, kekurangan, kelebihan, dll.
Setiap manusia diciptakan, masing – masing memiliki perbedaan. Ntah dari segi fisik, mental, sipat, pendapat, dll. Jadi, akan sangat indah jika kita bisa saling menghargai perbedaan diantara kita semua.

Setiap perbedaan pasti ada jalan tengahnya. Jadi, sabar dan jangan terburu – buru untuk mengambil keputusan. Bila anda melihat perbedaan yang menurut anda negatif & harus dirubah, katakan dengan tulus, jujur, apa adanya dan jangan terlalu menggurui karena, tujuan utamanya adalah menyelesaikan masalah secara bersama.

-          Jangan menjadi teman, ular berkepala dua.
Magsudnya. Untuk menjadi teman yang baik, kita harus bisa menghargai bila kita diberi kepercayaan oleh teman, tentang rahasia pribadi,  masalah pribadi, dan lainnya. Jangan pernah mengrobral kepercayaan tersebut seperti; menyebarkan rahasia pribadi, masalah pribadi, dll. Kapada orang lain jika tidak diperlukan. Apa lagi sampai menjelek – jelekkan teman dibelakang.

-          Berikanlah Pujian, Suport (semangat) secara tulus.
Jika teman anda mempunyai suatu cita – cita yang positf, sukses dalam suatu hal, bisa berkarya yang positif, selalu dukung & suport teman anda dengan rasa tulus iklas tanpa rasa iri & dengki. Dengan begitu pesabatan akan terasa lebih indah..

Mencari kawan itu memang mudah, tapi mencari sahabat sejati itu sangat sulit. Jika kita ingin mendapatkan sahabat sejati, jangan buat orang lain untuk jadi sahabat sejati kita. Tapi, kita yang lebih dulu menjadi sahabat sejati mereka. Dengan begitu, semua akan berjalan lebih mudah. Jika kita memberikan hal baik, maka orang akan membalas dengan kebaikan. Begitu juga sebaliknya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS